Sejarah JQH NU

Sejarah Berdirinya Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh (JQH)


Pendahuluan

Perkembangan ilmu al-Qur’an di Indonesia sejalan dengan penyebaran agama Islam di nusantara. Meluasnya ilmu al-Qur’an di Indonesia, ditandai dengan banyaknya umat Islam Indonesia yang hafal al-Qur’an dan mampu membaca al-Qur’an dengan berbagai macam qira’at, rawi dan beragam lagu.
Sebelum berdiri Jam’iyyatul Qurra Wal Huffazh, di setiap daerah di Indonesia telah berdiri organisasi atau perkumpulan para ahli qira’at dan penghafal al-Qur’an yang beraneka ragam nama dan sebutannya. Organisasi-organisasi tersebut sebenarnya mempunyai tujuan yang sama, ialah menghimpun dan mempersatukan para ahli qira’atul Qur’an serta memelihara kesucian al-Qur’an. Selain itu, juga bertujuan untuk mempelajari segi bacaan (tilawah) dan hukum-hukum tajwid maupun qira’at. Selanjutnya, mempelajari isi yang terkandung di dalamnya guna diamalkan oleh setiap umat Islam di Indonesia, sekaligus untuk menyebar-luaskan (dakwah Islamiyah) seni bacaan al-Qur’an sesuai dengan hukum-hukum tajwid dan qira’at sebagai pedomannya.
Diantara organisasi para ahli qiraat dan penghafal al-Quran yang tersebar di daerah adalah:

Jam`iyyatul Huffazh di Kudus, Jawa Tengah

Nahdlatul Qurra’ di Jombang, Jawa Timur

Wihdatul Qurra’ di Sulawesi Selatan

Persatuan Pelajar Ilmu Qira’atul Qur’an di Banjarmasin

Madrasatul Qur’an di Palembang

Jam`iyyatul Qurra’ di Medan Sumatera Utara

Berdirinya Jam’iyyatul Qurra` Wal Hufafzh

Atas inisiatif KH. A. Wahid Hasyim, seorang hafizh yang ketika itu beliau adalah Menteri Agama IV RIS, pada tanggal 17 Ramadhan 1370 atau tepatnya tahun 1950, bertempat di kediaman beliau, Jalan Jawa 12 Jakarta dalam acara buka puasa bersama, sambil selamatan haul salah satu orang tua beliau, maka dicetuskanlah berdirinya sebuah organisasi yang menghimpun para ahli qira’at, qari’ dan huffazhul Qur’an dengan nama “Jam’iyyatul Qurra` Wal Hufafzh”.
Untuk mewujudkan ide tersebut, maka dipersiapkan beberapa tenaga muda dan orang tua, guna menyusun pengurus sementara, terdiri dari:

KH. Abu Bakar Aceh (pimpinan/ ketua)

KH. Nazaruddin Latif (wakil pimpinan)

KH. Tb. Manshur Ma’mun (sekretaris)

KH. Asmuni (urusan keuangan)

KH. Ahmad Nahrawi (pembantu)

KH. Muhammad Roji’un (pembantu)

KH. Moh. Arief (anggota)

KH. Djamhur (anggota)

KH. Darwis Amini (anggota)

KH. Muhammad Kasim Bakri (anggota)

KH. Muhammad Saleh (anggota)

H. Abdurrahim Martam (pembantu)

KH. Wahab Hasbullah (penasehat)

KH. Masykur (penasehat)

Mereka bertugas menyusun:

Menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

Membentuk komisariat-komisariat wilayah di tiap propinsi, kabupaten dan kota

Mempersiapkan kongres pertama dalam waktu yang dekat

Menghubungi para ulama’ qurra’ dan huffazh

Melengkapi susunan Pengurus Besar

Kemudian pada hari Jum’at tanggal 12 Rabi’ul Awal 1371 Hijriah atau tanggal 15 Januari 1951 dalam peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di rumah H. Asmuni di Sawah Besar, KH.A. Wahid Hasyim meresmikan berdirinya “Jam`iyyatul Qurra’ Wal Huffazh” dengan susunan Pengurus Besar (sementara) terdiri dari:

Penasehat

KH. Abdul Wahab Hasbullah

KH. A. Wahid Hasyim

KH.A. Abdul Karim

KH. Djamhur

Pengurus Harian (Pengurus Besar)

Ketua Umum : KH. Abu Bakar Aceh

Ketua I : KH. Darwis Amini

Ketua II : KH. Nazaruddin Latif

Sekretaris I : Muhammad Nur
Sekretaris II : KH.Tb. Mansur Ma’mun

Bendahara I : H. Asmuni
Bendahara II : H.Abd. Rahim Martam

Anggota

KH.M. Kasim Bakri

KH.M. Roji’un

KH.A. Nahrawi

Bpk. Zainal Arifin Datuk

Rd.A. Djawahir Dahlan

Abdullah Lidi

Sayyid ‘Ubaidillah Assirry

Sayyid Hasan Alaidrus

KH. Muhammad Saleh

KH. Muhammad Djunaidi

Dalam waktu kurang lebih satu tahun (1951-1952) Pengurus Besar di bawah pimpinan KH. Abu Bakar Aceh telah berhasil:

Mengesahkan Pengurus Wilayah di setiap Propinsi dan 50 Pengurus Cabang Jam`iyyatul Qurra Wal Huffazh.

Menyelenggarakan seleksi terhadap qari’ yang akan membaca al-Qur’an di RRI;

Jakarta, diseleksi oleh KH. Nazaruddin Latif, KH. Nahrowi, KH. Mansur Ma’mun dan Zainal Arifin Datuk.

Surabaya penyeleksinya adalah KH. Ali Muhammad

Semarang penyeleksinya adalah KH. Abdullah

Palembang penyeleksinya adalah KH. Syadzili

Dipercaya oleh Departemen Agama cq Lajnah Pentashih Al-Qur’an, untuk menjadi anggota team Pentashih Al-Qur’an.

Menyelenggarakan kursus kader qari’

Atas usulan dari Pengurus Cabang dan Wilayah, serta restu Menteri Agama IV RI dan bantuan dari Bapak Presiden Soekarno dan Ibu Fatmawati maka pada tanggal 1-6 Desember 1953/ 1373 H diselenggarakan Kongres. Kongres tersebut dihadiri 86 Pengurus Cabang dan 10 Pengurus Propinsi dan menghasilkan keputusan antara lain:

Organisasi dan Himpunan apapun yang bersifat sama, berfusi menjadi satu dengan ”Jam`iyyatul Qurra’ Wal Huffazh” yang bersifat sosial pendidikan dan tidak berafiliasi dengan partai politik manapun.

Memilih dan mengesahkan Pengurus Besar periode 1953-1956

Menetapkan 15 (lima belas) qari’ untuk mendapat piagam dari Menteri Agama. Adapun para qari terbaik yang kemudian mendapat Syahadah Syarif dari pemerintah cq. Mentri Agama RI tersebut ialah:

KH. Utsman Fatah (Medan)

KH. A. Rasyid Siddiq (Palembang)

KH. Yusuf Umar (Palembang)

KH. Moh. Daud Al-Hafizh (Jambi)

KH. Busthomi Ahmad (Barabai, Kaliman Selatan)

KH. Mahlan Amin (Banjarmasin)

KH. Abd. Raiyad Abdul Hasan (Samarinda)

KH. Muhammad Siraj (Ciamis, Jawa Barat)

KH. RA. Jawahir Dahlan (Cirebon, Jawa Barat)

KH. Muhammad Arif (Serang, Banten)

KH. A. Nahrawi (Jakarta)

KH. Tb. Manshur Ma’mun (Jakarta)

KH. Abd. Karim (Gresik, Jawa Timur)

KH. Ahmad Damanhuri (Malang, Jawa Timur)

KH. Ahmad Badaruddin (Pasuruan, Jawa Timur)

Susunan Pengurus Besar Jam`iyyatul Qurra’ Wal Huffazh hasil Kongres 1953 adalah sebagai berikut:

Penasehat:

KH. Wahab Hasbullah

KH. Masykur

Moh. Natsir

Buya Hamka

KH. Ahmad Khatib

Anwar Cokroaminoto

KH. Abd. Ghaffar Ismail

KH. Abu Bakar Aceh

KH. Darwis Amini

KH. Sirajuddin Abbas

KH. Idham Khalid

KH. Djamhur

H.T.M Usman El Hamidi

KH. Nazaruddin Latif

Pengurus Harian (Pengurus Besar)

Ketua Umum : KH.Tb. Saleh Ma’mun

Ketua I : KH. Muhammad Djunaidi

Ketua II : KH. Muhammad Roji’un

Sekretaris Jenderal : KH.Tb. Manshur Ma’mun

Sekretaris I : Rd. H. Zainal Arifin Abbasy
Sekretaris II : KH. Ayatullah Saleh

Bendahara : H. Asmuni

Bendahara I : Rd. Ahmad Roes
Bendahara II : Ibu. Hj. Nur Jannah

Berikut ini adalah sejumlah ulama huffazh yang tersebar di seluruh Indonesia :

KH. Abdurrahman (Tual, Maluku Tenggara)

KH. Muhammad Faisal (Lombok, Nusa Tenggara Barat)

KH. Muhammad Saleh (Lombok, Nusa Tenggara Barat)

KH. Abu Bakar Husein (Bima, Nusa Tenggara Barat)

KH. Zaini Miftah (Sampang, Madura)

KH. Dahlan (Jombang, Jawa Timur)

KH. Damanhuri (Malang, Jawa Timur)

KH. Muhammad Arwani (Kudus, Jawa Tengah)

KH. Muhammad Sya’roni (Kudus, Jawa Tengah)

KH. Muhammad Ma’shum (Brebes, Jawa Tengah)

KH. Farid Ma’ruf (Yogyakarta)

KH. Abdullah Munawwir (Krapyak, Yogyakarta)

KH. Abd. Qodir Munawwir (Krapyak, Yogyakarta)

KH. Usman (Semarang, Jawa Tengah)

KH. Mahfudz Mimbar (Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah)

KH. Abd. Karim (Gresik, Jawa Timur)

KH.Muhammad Umar (Mangkuyudan, Solo, Jawa Tengah)

KH. Muhammad Jazuli (Bumiayu, Tegal, Jawa Tengah)

KH. Munawwir (Ketanggungan, Brebes, Jawa Tengah)

KH. Abdullah Umar (Semarang, Jawa Tengah)

KH. Muhammad Siraj (Ciamis, Jawa Barat)

KH. Muhammad Amin (Cicalengka, Bandung, Jawa Barat)

KH. Muhammad Zein (Buntet, Cirebon, Jawa Barat)

KH. Muhammad Hasyim (Buntet, Cirebon, Jawa Barat)

KH. Yusuf Jasir (Pagentongan, Bogor, Jawa Barat)

KH. Ma’mun (Ciomas, Bogor, Jawa Barat)

KH. M. Saleh Aly (Tangerang, Banten)

KH.Tb. Soleh Ma’mun (Serang, Banten)

KH. M. Soleh Wahab (Serang, Banten)

KH.Tb.Syihabuddin Ma’mun (Labuan, Banten)

KH.Tb. Amin Abbas (Masjid Agung, Banten)

KH.Tb. Ma’mun Abbas (Banten)

KH. Muhammad Romli (Rangkas Bitung, Banten)

KH.Tb. Ahmad Khotib (Masjid Agung, Banten)

KH.M. Syarumbal Syibli (Cilegon, Banten)

KH. Zubeir (Tanjung Karang, Lampung)

KH. Abdul Hamid (Jembatan Lima, Jakarta)

KH. Abd. Rasyid Siddiq (Palembang, Sumatera Selatan)

KH. Jamaluddin (Palembang, Sumatera Selatan)

KH. A. Sadzili Musthafa (Palembang, Sumatera Selatan)

KH. Yusuf Umar (Palembang, Sumatera Selatan)

KH. Daud Rusydi (Palembang, Sumatera Selatan)

KH. Abdul Ghani (Kayu Agung, Sumatera Selatan)

Ustadz Syariq Abdul Ghani (Kayu Agung, Sumatera Selatan)

KH. M. Daud Al-Hafizh (Jambi)

KH. Ibrahim Husen (Bengkulu)

KH. Muhammad Romli (Payakumbuh, Sumatera Barat)

KH. Abd. Murad Sutan Sati (Bukit Tinggi, Sumatera Barat)

KH. Muhammad Waly (Aceh)

KH. Usman Fattah (Medan, Sumatera Utara)

KH. Azra’i Abdul Rauf (Medan, Sumatera Utara)

KH. Abd. Karim (Tanjung Pinang, Riau)

KH. Sulaiman Arrasuly (Bukit Tinggi, Sumatera Barat)

KH. Muhammad Fauzi (Pontianak, Kalimantan Barat)

KH. Bustami Ahmad (Berunei, Kalimantan Selatan)

KH. Hasan Mugeni Marwan (Banjarmasin, Kalimantan Selatan)

KH. Mahlan Amin (Banjarmasin, Kalimantan Selatan

KH. Abdul Muthalib (Amuntai, Kalimantan Selatan)

KH. A. Rasyid Abul Hasan (Samarinda, Kalimantan Timur)

KH. Khalil (Bangkalan, Madura)

KH. Mumu Ma’run (Garut, Jawa Barat)

KH. Qurthubi (Karawang, Jawa Barat)

KH. Abd. Syakur (Ambon, Maluku)

0 comments: